Friday, 6 October 2017

Sekolah pertama untuk Dhafin : Tips mencari sekolah untuk anak usia 3tahun

TipsMencariSekolah1

Jaman sekarang mungkin sedang tren nya menyekolahkan anak sejak dini. Tak terhitung sudah ada banyak sekolah pra TK yang menjamur di sekitar kita. Gak hanya untuk anak yang baru berusia3 tahun, bahkan ada juga yang usianya 2tahun sudah mulai "bersekolah".

Fenomena tentang menyekolahkan anak usia dini ini sempat jadi pro kontra. Tapi ya namanya orang punya alasan pribadi kan ya.
Dan kalaupun pada akhirnya aku menyekolahkan anak ku di usia dini (3 tahun 4 bulan) tepatnya, ini bukan karena latah ikut2an tren ya.
Tetapi sebenarnya *pasang muka sedih* ada cerita di balik itu semua.

Dhafinku sejak kecil adalah anak yg sangat aktif. Bukan hanya aktif bergerak. Namun entah kenapa dan darimana dia selalu saja (sengaja atau tidak sengaja tangan) mungilnya itu suka usil.

Tak hanya suka mencubit seperti layaknya orang yang gemas melihat sesuatu. Tapi juga kadang suka mendorong teman2nya sampai jatuh.

Dasar emaknya nih hormon worry nya kelebihan. Melihat gelagat lelaki kecilku itu jadi kepikiran untuk menyekolahkan Dhaff untuk kepentingan sosialisasinya.

Pada prinsipnya cuman satu. Cuman ingin mengajarinya untuk bersosialisasi dengan orang dan lingkungan di sekitarnya. Itu saja.

Setelah ngomong dari hati ke hati dengan pak suami. Akhirnya ijin menyekolahkan dhafin pun kukantongi.
Berbekal ijin itu pula aku keliling di beberapa sekolahan paud.
Ada 3 sekolah yang kudatangi pagi itu.
Dari masing-masing sekolah aku catat kebaikan dan kelebihannya.

Dan akan kujabarkan menjadi beberapa tips tentang mencari sekolah untuk anak usia dini
Diantaranya:
Tipsmenyekolahkananakusia3tahun

1. Kenali kebutuhan anak
Dalam hal ini, sama seperti yang kutahu tentang kebutuhan Dhafinku. Aku mencari PAUD yang eksklusif. Eksklusif ini dalam artian yang tidak banyak murid satu kelasnya. Dan minimal ada 2 guru yang menghandle.
Kenapa? Karna waktu di sekolah yang pertama kukunjungi aku melihat satu kelas yg penuh. Dan dihandle cuman 1 guru. Disana setiap kali ada anak yang nangis/ bertengkar yang lainnya jadi ikutan ribut deh. Hehehe.
Aku menyadari kekurangan anakku sehingga aku tau bahwa kebutuhan anakku akan perhatian khusus itu yang aku jadikan acuan pertama

2. Lihat cara tenaga pengajar atau pengelolanya menyambut kita
Di terima dengan wajah yang ta enak tentu membuat kita eneg kan ya. Dan darisitu bisa dilihat bagaimana cara pelayanan kepada anak kita di kemudian harinya. 
Memiliki tenaga oengajar yang ramah dan komunikatif tentu akan membantu dan memudahkan kita mendapatkan sekolah sesuai dengan yg kita inginkan.

3. Periksa area bermainnya
Satu kejadian kecil yang mengingatkanku untuk waspada dalam hal ini adalah saat dimana ketika dhafin mencoba naik ke suatu permainan di sekolah yg kukunjungi. Dan menangis dengan keras ketika aku sedang berkeliling melihat lokasi ruang kelas.
Kamipun segera bergegas. Ternyata dhaff sedang naik ke atas prosotan yang tingginya jauh sekali diatas jangkauan Dhaff. Mungkin kalau naik dia memang suka ya. Tapi ketika turun entah kenapa dia bisa setakut itu.
Tapi justru tangisannya tersebutlah yang membuatku mantap untu k tidak jadi menyekolahkan Dhaff di tempat itu.

4. Lihat kurikulum atau program2 yang dimiliki sekolah tersebut tiap tahunnya. Karena tujuanku menyekolahkan Dhafin "hanya" untuk kebutuhan sosialisasinya. Maka aku mencari materi PAUD yg tidak memberatkannya. Juga program-program dimana orangtua diperbolehkan untuk terlibat langsung di dalamnya. Sehingga bisa melihat langsung sejauh mana kemajuan Dhafin

5. Minta kelonggaran waktu beberapa hari untuk masa trial nya.
Kebetulan sudah ada beberapa PAUD yang memiliki program ini. Yaitu masa percobaan untuk bersekolah disitu selama 1/3 hari dengan biaya sesuai penitipan.

Nah, setelah cek dan ricek akhirnya aku mendapatkan satu sekolah yang sesuai dengan keinginanku.
Yaitu sekolah dengan jumlah muridnya yg hanya 6 org waktu itu dan di handle oleh 2guru sekaligus.
Ruangan kelas ber Ac untuk dhaff ku yg aktif dan penuh biang keringat.
Dan yang utama dan hampir terlewat, arena bermainnya yg indoor, dengan perosotan yang aman karena tidak begitu jauh dengan tinggi badan Dhafin serta adanya guru/pengawas khusus di bagian playground.
Pixabay.com

Dan alhamdulillah biayanya pun masih standar seperti sekolah-sekolah lainnya.

Itulah pertimbanganku untuk (akhirnya) menyekolahkan Dhafin untuk yg pertama kalinya. Yang kali ini aku tulis untuk menjawab satu tema #arisanbloggandjelrel yang diusung oleh dua orang mommy hebat yang penuh talenta. Yang pertama adalah mba Maritaningtyas. Sukak banget ngepoin blog beliau yang isinya parenting. Gaya bahasa, tampilan blog serta isinya yang penuh manfaat selalu bikin betah loh.
Pun blog milik mba Dini Rahmawati juga penuh inspirasi. Beliau punya jiwa seni dan sastra yang tinggi. Terlibat berbagai macam kegiatan sosial dan teater di daerah asalnya, Temanggung menjadikan mba dini sosok yang rendah hati dan sastrawati habis pokoknya. Yang penasaran langsung klik aja ya blognya. 

Nah buat mba marita, mba dini dan kalian semua adakah yg putranya sekolah di usia dini juga? Boleh banget kalau mau komentar disini ya. Terimakasih.

Salam.



2 comments:

  1. Makasih tips-nya Mba...
    AKu juga masukin Hasna ke PAUD usianya masih 3 th 4 bulan :D
    milih yang paling deket dari rumah aja, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 mba. Iyaaa yg terdekat bs juga dijadilkan pilihan yaaa.

      Delete

Mohon berkomentar dengan baik ya. Terimakasih.

rahmamocca. Powered by Blogger.

Followers

Search This Blog