Setelah mengalami operasi sc keempat pada tanggal 8 Agustus 2018, maka untuk mencegah kehamilan berikutnya, aku memutuskan untuk pasang IUD.
Keputusan ini sebenarnya agak rumit. Karena mengingat operasi yg kualami sudah keempat kalinya. Banyak pihak yg menyarankan untuk stiril.
Ya. Kenapa gak stiril? Begitu mesti tanya orang2.
Entahlah. Sebenarnya aku juga takut banget nget nget kalau kebobolan lagi. Tapi sebelum memutuskan untuk KB dan bukan stiril aku sudah konsultasi ke salah satu temanku yg menurutku sangat paham agama karena beliau juga seorang pak kiai di desanya. Ya maklum, orang awam agama akunya sih ya. Jadi gakda salahnya. Cari kebenaran dl ya.
Dan menurut pak kiai tadi, ada dua syarat sebelum seseorang boleh stiril.
Yang pertama adalah kondisi kesehatannya. Jadi kalau wanita tersebut punya penyakit yg sekiranya membahayakan jiwanya jika hamil. Maka bolehlah dia stiril.
Kedua, mengikuti saran dokter.
Setelah mendapatkan jawaban sepeeti itu berarti untuk syarat yang pertama gugur donk ya aku. Alhamdulillah bersyukur banget diberi kesehatan. Insyaallah ga punya penyakit yg sekira ya membahayakan. Bahkan dilimpahi dengan "kesuburan" 😊.
Baiklah, untuk syarat yang kedua adalah saran dokter. Jadilah waktu kontrol aku menanyakan perihal stiril ke pak dokter. Dan jawaban beliau tidak menyarankan untuk stiril. Alih2 untuk stiril beliau lebih menyarankan untuk KB saja. Mengingaat umur, dan jumlah anak yg aku miliki. Soal Sc keempat yg aku jalani nanti? Beliau hanya tersenyum dan tidak menanggapi.
Meski sudah dapat jawaban. Tapi sempat juga gaalau berhari2. Sampai akhirnya tanya langsung ke suami. Kata suami sih terserah aku aja. Tapi aku bilang 50-50. Aku ikut kata beliaunya aja. Nyari ridho suami ceritanya *aamiin.
Trus kata suami nanti saja KB habis lahiran.
Dan akhirnya tanggal 14 September kemaren aku pasang IUD di klinik dr. Anita. Di jalan hayam wuruk purwodadi.
Berangkat jam 7 pagi dari rumah sampai sana ternyata udah penuh. Setelah antri nunggu panggilan tensi dan timbang, aku dapat nomor antrian 23. Sekitar jam stgh 11 kata mbak perawat. Jadilah aku pulang dulu karena ninggalin bayi umur sebulan. Lom latihan pake dot asip pula. Lumayan ada dua jam an buat nyusuin yekan. Sedang perjalanan dari rumah ke klinik sekitae 15-30 menit kalau naik becak.
Jam 10 aku kembali menuju ke klinik. Dan anrriannya masih nomor 5. Ternyata bu dokter baru mulai buka praktek setengah jam an yg lalu karena ada operasi di RS yakkum.
Yasudahlah antri lagi lamaaaa sampai yg dirumah telpon muluk karena baby F rewel. Hhh. Panik gak sih. Giliran dapet panggilan sekitar mau jam 12 an.
Langsung deh, setengah berlari aku masuk ke ruangan dokter sembari bilang kalu aku ninggal bayi sebulan. Wkwkwk. Oleh dokter aku di USG lebih dulu. Dan sesuai kesepakatan sama perawat td di bagian depan, aku pakai IuD nova T yang harganya 350 ribu rupiah. Ada tiga harga yg ditawarin tadi oleh perawat. Harga 150, 250, atau 350. Katanya sih yg paling bagus 350. Jadi aku pilih yg 350.
Dokter menunjukkan iud yg mau aku pakai masih dalam keadaan tersegel. Sebelum aku dipersilakan naik ke ranjang. Hmmmm. Deg2 syur banget gak sih. Biar gak takut aku bilang ke diri sendiri kalau meski sakit gakan sesakit operasi Sc 4 kemarin ini 😊.
Padahal waktu dokter baru mau pasang alat aja dduh dduuuhh uda gak karu2an rasanya. Sampai beberapa kali dokter teriak "jangan diangkat ya bu, pan*atnya". Hwaaa namanya gerak reflek ya. Mau dimasukin benda gituu kan linu. Jadi langsung aja angkat pan*at. Heheee. Bener aja kata dokter bakal ada raza linu2nya. Plus kemeng di perut setelahnya.
Tuesday, 18 September 2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
rahmamocca. Powered by Blogger.
No comments:
Post a Comment
Mohon berkomentar dengan baik ya. Terimakasih.